Kamis, 16 Oktober 2014

Di Antara Sejuta Kenapa, Aku Hanya Butuh Satu Arah

Kenapa kita terus seperti ini? Karena kita terlalu takut untuk mengambil langkah. Karena kamu terlalu takut untuk berterus terang. Karena aku terlalu takut untuk memulai lebih dulu.
Kenapa tak satupun dari kita tahu perasaan yang lain? Atau kenapa bahkan tak satupun dari kita tahu perasaan masing-masing? Karena kita tak punya cukup keberanian untuk mengungkapkan. Karena kita berada dalam penyangkalan. Kita terlalu memikirkan apa yang akan ada di luar sana, tanpa mencoba memahami yang sudah ada di dalam sini. Di hati kita.

Kenapa kita saling menjauhi, padahal kita tak harus jauh? Kita bahkan bisa menjadi dekat. Kita bisa menjadi satu. Kenapa? Kenapa harus ada ‘aku’ dan ‘kamu’? Padahal kita bisa menjadi ‘kita’.

Kenapa? Kenapa aku harus menuliskan ini? Padahal yang seharusnya kulakukan adalah bicara. Bicara pada siapa? Kamu. Bicara tentang apa? Tentang perasaanku. Bukan. Tapi tentang kita.

Dear, Kamu, apa kita akan terus seperti ini? Apa kita akan terus di sini? Sejujurnya aku ingin meneruskan langkahku. Tapi ke mana aku harusnya melangkah? Arah mana yang akan aku tuju? Aku ingin menujumu, kalau saja.... Lalu kita akan melanjutkan langkah kita bersama-sama.
Tapi, aku takut tak sampai. Bisu ini membuatku bingung. Kabur. Apa kamu juga ingin meneruskan langkahmu? Ke arah mana?

Where should I go? (Source : wikimedia.org)
Apa aku akan sampai padamu? Bagaimana jika kamu justru mengambil langkah berlawanan? Apa aku akan sampai, jika kamu melangkah, tapi bukan menuju aku, melainkan dia?
Beri aku sedikit petunjuk. Di antara sejuta "kenapa" ini aku hanya butuh satu petunjuk, satu arah. Ke mana sebenarnya kamu ingin melangkah? Jika kamu tidak menujuku, buat apa aku menujumu? Mungkin lebih baik aku berbelok arah. Ya. Aku ingin berbelok arah, kalau saja aku bisa.

2 komentar:

  1. HAAAPP!! AKU MEGAP-MEGAP MACA IKI!
    *spicles*

    BalasHapus
    Balasan
    1. Wae? Apakah kamu membaca sambil berenang lalu keplepek, makanya megap-megap? Bhahaha.

      Hapus