Senin, 07 Mei 2018

Apakah rindu menyebabkan mata minus?

Apakah rindu menyebabkan mata minus?

Pagi ini dalam perjalanan, di dekat fly over aku melihat seseorang. Kukira kamu.

Setelah bertahun-tahun bisu... lalu pertemuan tanpa sengaja setahun lalu, dimana tiba-tiba ponselmu lebih menarik dari pada teman lamamu, hingga ketika aku menjabat tanganmu pun kamu masih fokus pada benda itu, aku memang sedikit lupa detail wajahmu. Tetapi aku ingat beberapa bagiannya.

Aku berpikir sosok laki-laki dengan motor bebek di depanku adalah kamu. Wajahnya terlalu mirip dengan wajahmu kalau itu bukan kamu.

Berkata "ora mungkin" dalam hati.

3 tahun aku kuliah di sana, 2 tahun kamu kuliah di samping kosku, nyatanya tak pernah sekalipun sekadar berpapasan. Atau hanya aku yang tak sadar dan kamu yang menghindar? Entah. Yang jelas aku dan kamu tak pernah berujung temu walau sedekat itu. Sampai berpikir "gene dunia tak sesempit itu".

Tetapi pagi ini berkali mengerjap, lihat mas-masnya kok mukamu lagi. Hampir berpikir "wuoh aku isa ketemu kowe kok piye".

Sempat gumun. Kayane ana sik salah.

Lalu lihat korsanya "Administrasi Negara". Jelas nggak mungkin kamu. Harusnya korsamu beraksen orens kan? Motormu juga bukan yang dulu.

Sik. Jangan ge er dulu. Aku kok bisa tahu? Aku nggak mencari tahu. Tahu-tahu aku tahu. Ada saja yang membuat aku tahu, bahkan sampai warna helmmu.

Berkata lagi "sadar woy sadar, jajal delok pisan meneh".

Pas dilihat lagi, emang nggak ada mirip-miripnya. Seolah mas-masnya ganti muka.

Mungkin setelah ini baiknya aku periksa mata, kalau-kalau minus.

Atau periksa hati saja? Kalau-kalau masih ada kamu.

Eaaa~