Kamis, 04 Desember 2014

Balada Tukaran Handphone dan Password Medsos (Part 1)


Seiring perkembangan zaman, gaya pacaran remaja sekarang juga ikut berkembang. Dari yang dulunya kalau kontak lewat SMS lalu sekarang pakai chat apps macam-macam, sampai panggilan sayang yang makin banyak aja variasinya. Yang cewek dipanggilnya "bun" lah, yang cowok dipanggil "pa" lah. Enggak tahu aja kalau "bun" itu masih ada lanjutannya, "bun... telan lemak". "Pa" juga ada lanjutannya, "pa... gar lumutan". Wakakaks...

Silakan bilang gue jomblo sirik.

Masih ada panggilan yang lebih ekstrem dan itu benar-benar terjadi pada teman gue. Cowoknya dipanggil "mu" sedangkan ceweknya dipanggil "nyu" (baca pakai K). Jadi saat mereka bersama, which means "mu" dan "nyu" disatukan, mereka menjadi "mu nyu" (baca pakai K). Iya, "mu nyu" dibaca pakai K, jadinya "munyuk" (bahasa Jawa : monyet). Hadeh, aneh-aneh aja dah.

Terlepas dari panggilan sayang yang macam-macam itu, ada gaya pacaran remaja zaman sekarang yang bikin gue heran, yaitu gaya "tukar-tukaran". Gaya pacaran "tukar-tukaran" ini yang ditukarin bukan kupon terus dapat sembako gratis atau tukarin mantan yang jelek terus dapat pacar yang kayak Edward Cullen atau Raisa. Yang ditukarin adalah handphone (beserta kartu SIMnya) dan password akun medsos.

Entah apa motivasi orang-orang yang tukaran handphone dan password akun medsos sama pacarnya. Beberapa sih katanya buat "memantau". Emang pacarnya gunung berapi yang siap meletus, pakai dipantau segala?

Demi apa pun, menurut gue gaya "tukar-tukaran" ini mengganggu kemaslahatan umat bersosial. Gue bilang gitu bukan tanpa sebab. Gue udah berkali-kali nemuin fenomena tukar-tukaran itu dan secara langsung maupun enggak langsung ikut terkena imbasnya.

Pernah kejadian humas kelas gue, sebut saja Ajeb, tukaran handphone (beserta kartu SIMnya) sama pacarnya. Waktu bawa handphone pacarnya, Si Ajeb dapat SMS jarkom (jaringan komunikasi, SMS info tugas dsb. yang diforward ke teman sekelas) dari humas kelas pacarnya. Berhubung jarkom itu info penting, dikirimlah jarkom itu ke nomornya sendiri yang lagi dibawa pacarnya.

Di tempat yang berbeda, pacarnya Ajeb yang tahu kalau Ajeb humas kelas mengira dia disuruh ngejarkom teman sekelas Ajeb (kelas gue) pakai nomor Ajeb yang lagi dia bawa. Alhasil SMS itu diforward ke teman sekelas. Jelas aja anak sekelas, termasuk gue, jadi gempar dan bingung karena dapat info yang seharusnya nggak didapatkan.

Nah loh, kalau gitu siapa yang salah?

Ribet kan? Itu aja masih rada sepele.

Yang tukeran password medsos juga nggak kalah ribet. Bahkan kadang bikin awkward. Seperti apa ribet dan awkwardnya? Tungguin di postingan berikutnya ya! Nanti gue ubek-ubek di situ deh.